Pak W seorang lelaki paruh baya yang hidup di pinggiran kota Yogyakarta. Seseorang yang sangat bercita-cita menjadi seorang guru. Pak W merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, yang mengabdikan dirinya untuk memungut sampah di sebuah sekolah negeri di Yogyakarta. Sebuah profesi dengan gaji kecil yang mungkin sebagian banyak orang tidak menginginkanya.
Hari-hari pak W yang dijalani sebagai tukang kebun di salah satu sekolah menengah di Yogyakarta, berangkat pukul setengah enam pagi menuju tempat kerjanya dengan motor butut yang berjarak dua puluh tiga kilometer dari rumahnya. Mulai memungut tiap sampah yang ada di halaman di lingkungan sekolah sebelum para siswa dan guru melangkahkan kaki digerbang sekolah. Sampah telah menjadi sahabatnya.
Pak W seorang lelaki plontos dengan selalu mengenakan pecis hitam dan batik lusuh, menggenggam sebotol minuman yang dilingkari karet gelang ditengahnya, mulai membakar setiap sampah yang dikumpulkannya. Dalam hatinya ia berkata " mungkinkah aku bisa memciptakan sebuah alat canggih pengolah sampah penyumbang kerusakan bumi ini". Sedikit termenung dan memegang sebuah batang mengumpulkan sisa-sisa plastik yang tengah terbakar. Dengan keringat yang mengalir karena panasnya kobaran api, terdengan seseorang memanggil di balik sebuah pintu.
" Pak, sini ada snack buat bapak ", terlihat seorang perempuan berpenampilan rapi seragam dinas.
" Njih bu, matur nurun", sambil mengusap keringat dan mulai berjalan ke arah pintu.
"Assalamualaikum, sapa Pak W kepada perempuan itu.
"Wa'alaikumsalam, Ini pak, makanan buat ganjal perut", jawabnya.
"Alhamdulillah, matur nuwun bu" logat jawa kromonya yang masih kental.
Tingkah dan penampilannya yang sedikit aneh, membuat ia kurang begitu dihormati. Ia menuju ke sebuah pohon di dekat bak pembuangan sampah, menikmati makanan di bawah pohon sembari memandang asap hitam sisa pembakaran sampah.
Akivitas yang ia jalani setiap harinya sebagai seorang tukang kebun di sekolah pinggiran kota Yogyakarta.
Sebuah rumah kayu di kecamatan Minggir, Sleman, Yogyakarta, pak W tinggal dengan ayah dan adik perempuannya. Ibunya meninggal ketika ia masih kelas emam SD, usia yang masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Kedua kakaknya sudah dulu menikah dan berkeluarga, yang satu tinggal di Lampung, dan yang lain hidup dan mencari nafkah di Surabaya.
Pak W merupakan tulang punggung keluarga, mengingat ayahnya sudah berusia lanjut, dan adik perempuannya yang tinggal di rumah mengurusi ayah mereka. Mereka masih memiliki beberapa petak sawah yang tidak jauh dari kampungnya. Ia memanfaatkan lahan itu untuk ditanami padi, dengan harapan bisa mendapatkan sesuap nasi untuk menyambung hidup.
Di sekolah tempat ia kerja, ia memisahkan sampah-sampah kertas serta botol-botol plastik, mengumpulkan serta membawanya pulang untuk dijual demi tambahan sedikit rupiah.
Empat tahun berlalu saat pertama melamar pekerjaan sebagai tukang kebun, tahun 2008 tepatnya. Ia sekarang telah menjadi seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika di salah satu universitas uwasta di Yogyakarta. Salah satu titik terang mencapai cita-citanya menjadi seorang guru. Dengan menjadi seorang mahasiswa yang juga bekerja, ia tentunya harus pintar-pintar membagi waktu untuk belajar, kuliah juga bekerja.
Di lingkungan kampusnya, ia merupakan salah seorang yang pandai, tapi karena tingkah dan penampilannya yang menurut sebagian banyak orang dianggap aneh. Dengan usia yang berjalan kepala tiga, menjadi aneh jika ia mengenakan tas dengan model panda, juga membawa botol minuman besar dengan banyak karet gelang melilit ditengahnya. Handuk lusuh sebagai masker serta motor butut keluaran tahun 1996 itu, menemani serta mengantarkannya ke manapun ia pergi. Satu hal yang menarik darinya, katanya setiap apa yang ia alami, ia bermimpi sebelumnya tentang kejadian itu. Entah itu hanya halusinasi, ataukah sebuah kelebihan yang ada pada dirinya.
Kisah itu bermula saat tahun 1995, semenjak ditinggal ibunya, ketika ia masih duduk dibangku SMP, . Ia lulus tahun 1996, kemudian masuk di sekolah menengah negeri, yang sekarang menjadi tempat bekerjanya, dan lulus tahun 1998. Karena cita-citanya menjadi seorang guru, ia mendaftar di salah satu universitas negeri, pada jurusan Pendidikan Komputer, tetapi tidak diterima, lalu ia mendaftar di universitas lain. Tetapi keberuntungan belum ada dipihaknya. Selama dua tahun ia membantu ayahnya mengurus sawahnya. Tidak hanya menanam padi, ia juga memiliki ide untuk memelihara ikan di sawahnya. Tetapi sedikit dmi sedikit ikan ikan itu hilang, dan ternyata diambil anak-anak kecil yang bermain, walaupun sebagian hilang terbawa arus saat hujan.
Pak W muda pun berfikir bagaimana cara mendapatkan tambahan uang, karena ia harus menabung untuk dapat melanjutkan sekolahnya . Saat itu ada tetangga yang menyarankan untuk jualan. Pak W muda meminta uang kepada ayahnya untuk modal usaha. Pertama ia berjualan krupuk dan kripik. Ia membeli bahan mentah, menggorengnya, lalu membungkus kecil-kecil.
Tapi ada masalah lagi, bagaimana dan dimana ia harus menjualnya. Ia menjajakannya keliling, dengan sepeda ontel-nya. Kemudian ia berfikir untuk menitipkannya di warung-warung, disekolah-sekolah. Pertama ia berusaha, tidak ada warung yang mau dittipkan jajanan pak W muda. Ia terus berusaha sampai di perlintasan kereta, yang jaraknya tiga pulih kilometer dari rumahnya. Ada satu warung yang mau dititipi, milik seorang nenek tua. Dan itu menjadi jalan pada warung-warung yang lainya. Beberapa bulan usaha tersebut berjalan dengan lancar dan ia dapat mensisihkan sebagian uangnya untuk menabung. Pak W muda mulai berfikir untuk mengembangkan usahanya, kemudian ia menggunakan uang tabungannya untuk modal berjualan bensin. Awalnya ia merancang sendiri ...
Bersambung.