Hosting Your Business Can Count On - GoDaddy.com

Rabu, 16 November 2011

Gaara si Pengendali Pasir (Sabaku no Gaara)

Gaara adalah nama seorang tokoh fiksi dalam seri manga dan anime Naruto. Gaara adalah seorang ninja yang mempunyai kekuatan untuk mengendalikan dan mengontrol pasir dan ia dilindungi setiap saat oleh perisai pasir, tetapi dia harus menderita insomnia seumur hidup sebagai efek sampingnya. Garaa tak akan pernah bisa tidur karena ketika dia tidur, Shukaku akan menguasai tubuh dan pikirannya. Dia merupakan jinchuuriki dari Shukaku yaitu salah satu bijuu berekor satu. Dirinya yang suka membunuh akhirnya tersentuh hatinya karena telah disadarkan Naruto dalam suatu pertarungan. Setelah kematian ayahnya yang merupakan Kazekage, Gaara pun menjadi Kazekage berikutnya. Kakaknya, Temari dan Kankurou menjadi jonin di desa tersebut (desa Sunagakure). Gaara sempat mati sehabis bertarung melawan anggota Akatsuki (Deidara) yang akhirnya harus melepaskan Shukaku dari tubuhnya karena diambil paksa oleh Akatsuki. Tetapi, berkat bantuan nenek Chiyodan Sakura, serta Naruto yang rela memberikan sebagian cakranya, Gaara pun berhasil hidup kembali. Marga asli Gaara adalah ‘Lei’. Julukannya adalah ‘Sabaku no Gaara’ atau bila diartikan adalah ‘Gaara si Pengendali Pasir"

Minggu, 13 November 2011

Etika Bercanda Dalam Kehidupan Seorang Muslim

1. Hendaknya percandaan tidak mengandung nama Allah, ayat-ayat-Nya,
  Sunnah rasul-Nya atau syi`ar-syi`ar Islam. Karena Allah telah berfirman
 tentang orang- orang yang memperolok-olokan shahabat Nabi Shallallaahu
'alaihi wa sallam , yang ahli baca al-Qur`an yang artimya: "Dan jika kamu
tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah
mereka menjawab: "Sesungguh-nya kami hanyalah bersenda gurau dan
bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta ma`af, karena
kamu kafir sesudah beriman". (At-Taubah: 65-66).

2. Hendaknya percandaan itu adalah benar tidak mengandung dusta. Dan
  hendaknya pecanda tidak mengada-ada cerita-cerita khayalan supaya orang
 lain tertawa. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Celakalah
bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi
tertawa. Celakalah baginya dan celakalah". (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh
Al-Albani).

3. Hendaknya percandaan tidak mengandung unsur menyakiti perasaan salah
  seorang di antara manusia. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 "Janganlah seorang di antara kamu mengambil barang temannya apakah itu
hanya canda atau sungguh-sungguh; dan jika ia telah mengambil tongkat
temannya, maka ia harus mengembalikannya kepadanya". (HR. Ahmad dan
Abu Daud; dinilai hasan oleh Al-Albani).

4. Bercanda tidak boleh dilakukan terhadap orang yang lebih tua darimu, atau
  terhadap orang yang tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya, atau
 terhadap perempuan yang bukan mahrammu.

5. Hendaknya anda tidak memperbanyak canda hingga menjadi tabiatmu, dan
  jatuhlah wibawamu dan akibatnya kamu mudah dipermainkan oleh orang lain.

Etika Memberi Salam Dalam Kehidupan Muslim

 Dikutip dari islamhouse.com

1. Makruh memberi salam dengan ucapan: "Alaikumus salam" karena di dalam
  hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya ia menuturkan : Aku
 pernah menjumpai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka aku
berkata: "Alaikas salam ya Rasulallah". Nabi menjawab: "Jangan kamu
mengatakan: Alaikas salam". Di dalam riwayat Abu Daud disebutkan: "karena
sesungguhnya ucapan "alaikas salam" itu adalah salam untuk orang-orang
yang telah mati". (HR. Abu Daud dan At-Turmudzi, dishahihkan oleh Al-
Albani).

2. Dianjurkan mengucapkan salam tiga kali jika khalayak banyak jumlahnya. Di
  dalam hadits Anas disebutkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam
 apabila ia mengucapkan suatu kalimat, ia mengulanginya tiga kali. Dan
apabila ia datang kepada suatu kaum, ia memberi salam kepada mereka tiga
kali" (HR. Al- Bukhari).

3. Termasuk sunnah adalah orang mengendarai kendaraan memberikan salam
  kepada orang yang berjalan kaki, dan orang yang berjalan kaki memberi
 salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada yang banyak, dan
orang yang lebih muda kepada yang lebih tua. Demikianlah disebutkan di
dalam hadits Abu Hurairah yang muttafaq'alaih.

4. Disunnatkan keras ketika memberi salam dan demikian pula menjawabnya,
  kecuali jika di sekitarnya ada orang-orang yang sedang tidur. Di dalam hadits
 Miqdad bin Al-Aswad disebutkan di antaranya: "dan kami pun memerah susu
(binatang ternak) hingga setiap orang dapat bagian minum dari kami, dan
kami sediakan bagian untuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam Miqdad
berkata: Maka Nabi pun datang di malam hari dan memberikan salam yang
tidak membangunkan orang yang sedang tidur, namun dapat didengar oleh
orang yang bangun".(HR. Muslim).

5. Disunatkan memberikan salam di waktu masuk ke suatu majlis dan ketika
  akan meninggalkannya. Karena hadits menyebutkan: "Apabila salah seorang
 kamu sampai di suatu majlis hendaklah memberikan salam. Dan apabila
hendak keluar, hendaklah memberikan salam, dan tidaklah yang pertama
lebih berhak daripada yang kedua. (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al-
Albani).

6. Disunnatkan memberi salam di saat masuk ke suatu rumah sekalipun rumah
  itu kosong, karena Allah telah berfirman yang artinya: "Dan apabila kamu
 akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian" (An-
Nur: 61)

7. Dan karena ucapan Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma : "Apabila seseorang
  akan masuk ke suatu rumah yang tidak berpenghuni, maka hendaklah ia
mengucapkan : Assalamu `alaina wa `ala `ibadillahis shalihin" (HR. Bukhari
di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan disahihkan oleh Al-Albani).

8. Dimakruhkan memberi salam kepada orang yang sedang di WC (buang
  hajat), karena hadits Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma yang menyebutkan
 "Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam sedang buang air kecil, dan orang itu memberi salam. Maka
Nabi tidak menjawabnya". (HR. Muslim)

9. Disunnatkan memberi salam kepada anak-anak, karena hadits yang
  bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu menyebutkan: Bahwasanya ketika ia
 lewat di sekitar anak-anak ia memberi salam, dan ia mengatakan:
"Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam".
(Muttafaq'alaih).

10. Tidak memulai memberikan salam kepada Ahlu Kitab, sebab Rasulullah
   Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :" Janganlah kalian terlebih dahulu
  memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani....." (HR. Muslim).
 Dan apabila mereka yang memberi salam maka kita jawab dengan
mengucapkan "wa `alaikum" saja, karena sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa sallam : "Apabila Ahlu Kitab memberi salam kepada kamu, maka
jawablah: wa `alaikum".(Muttafaq'alaih).

11. Disunnatkan memberi salam kepada orang yang kamu kenal ataupun yang
   tidak kamu kenal. Di dalam hadits Abdullah bin Umar Radhiallaahu 'anhu
  disebutkan bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi
 Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Islam yang manakah yang paling baik? Jawab
Nabi: Engkau memberikan makanan dan memberi salam kepada orang yang
telah kamu kenal dan yang belum kamu kenal". (Muttafaq'alaih).

12. Disunnatkan menjawab salam orang yang menyampaikan salam lewat
   orang lain dan kepada yang dititipinya. Pada suatu ketika seorang lelaki
  datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam lalu berkata:
 Sesungguhnya ayahku menyampaikan salam untukmu. Maka Nabi menjawab
: "`alaika wa`ala abikas salam"

13. Dilarang memberi salam dengan isyarat kecuali ada uzur, seperti karena
   sedang shalat atau bisu atau karena orang yang akan diberi salam itu jauh
  jaraknya. Di dalam hadits Jabir bin Abdillah Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan
 bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah
kalian memberi salam seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena
sesungguhnya pemberian salam mereka memakai isyarat dengan tangan".
(HR. Al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

14. Disunnatkan kepada seseorang berjabat tangan dengan saudaranya. Hadits
   Rasulullah mengatakan: "Tiada dua orang muslim yang saling berjumpa lalu
  berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka
 berpisah" (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

15. Dianjurkan tidak menarik (melepas) tangan kita terlebih dahulu di saat
   berjabat tangan sebelum orang yang dijabat tangani itu melepasnya. Hadits
  yang bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu menyebutkan: "Nabi
 Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila ia diterima oleh seseorang lalu berjabat
tangan, maka Nabi tidak melepas tangannya sebelum orang itu yang
melepasnya...." (HR. At- Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

16. Haram hukumnya membungkukkan tubuh atau sujud ketika memberi
   penghormatan, karena hadits yang bersumber dari Anas menyebutkan: Ada
  seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, kalau salah seorang di antara kami
 berjumpa dengan temannya, apakah ia harus membungkukkan tubuhnya
kepadanya? Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Tidak". Orang itu
bertanya: Apakah ia merangkul dan menciumnya? Jawab nabi: Tidak. Orang
itu bertanya: Apakah ia berjabat tangan dengannya? Jawab Nabi: Ya, jika ia
mau. (HR. At-Turmudzi dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

17. Haram berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram. Rasulullah
   Shallallaahu 'alaihi wa sallam ketika akan dijabat tangani oleh kaum wanita di
  saat baiat, beliau bersabda: "Sesung-guhnya aku tidak berjabat tangan
 dengan kaum wanita". (HR.Turmudzi dan Nasai, dan dishahihkan oleh Albani).

Senin, 24 Oktober 2011

Etika Berbicara Bagi Seorang Muslim

1. Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu wa
  Ta'ala berfirman yang artinya: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-
 bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian
diantara manusia". (An-Nisa: 114).

2. hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat dide-ngar, tidak terlalu
  keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh
 semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.

3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu. Hadits Rasulullah
  Shallallaahu 'alaihi wa sallam menyatakan: "Termasuk kebaikan islamnya
 seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna". (HR. Ahmad
dan Ibnu Majah).

4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu Hurairah
  Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya menuturkan : Rasulullah Shallallaahu
 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi
seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia
dengar".(HR. Muslim)

5. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di
  fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
 Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku adalah penjamin
sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian
(perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah
surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu
Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

6. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu 'anha.
  telah menuturkan: "Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila
 membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya,
niscaya ia dapat menghitungnya". (Mutta-faq'alaih).

7. Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam
  bersabda: "Seorang mu'min itu pencela atau pengutuk atau keji
 pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad, dan dishahihkan
oleh Al-Albani).

8. Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara.
  Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan sesungguhnya
 manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat
kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan
orang-orang yang mutafaihiqun". Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah,
apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR.
At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).

9. Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah
  Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Dan janganlah sebagian kamu
 menggunjing sebagian yang lain".(Al-Hujurat: 12).


10. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak
   memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang
  dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau
 mendustakannya.

11. Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada
   orang lain untuk berbicara.

12. Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan
   perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan
  kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian,
 permusuhan dan pertentangan.

13. Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah
   orang yang berbicara. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
  "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan
 kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik
dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok

sumber:islamhouse.com

Logo UPY

nich aq kasih logo universitas pgri yogyakarta,,bila ada yang membutuhkan,,.haha,.,

Sabtu, 15 Oktober 2011

Rayuan Setan Dalam Pacaran

Dikutip dari islamhouse.com

Para pembaca yang budiman, ketika seseorang beranjak dewasa, muncullah benih di dalam jiwa untuk mencintai lawan jenisnya. Ini merupakan fitrah (insting) yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap perkara yang dinginkannya berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenagan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)
Adab Bergaul Antara Lawan Jenis
Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya diatur seluk-beluk kehidupan manusia, bagaimana pergaulan antara lawan jenis. Di antara adab bergaul antara lawan jenis sebagaimana yang telah diajarkan oleh agama kita adalah:
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendahlah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. an-Nur: 30). Allah juga berfirman yang artinya,”Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. an-Nur: 31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari). Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan)
Jika memandang saja terlarang, tentu bersentuhan lebih terlarang karena godaannya tentu jauh lebih besar.
Salah Kaprah Dalam Bercinta
Tatkala adab-adab bergaul antara lawan jenis mulai pudar, luapan cinta yang bergolak dalam hati manusia pun menjadi tidak terkontrol lagi. Akhirnya, setan berhasil menjerat para remaja dalam ikatan maut yang dikenal dengan “pacaran“. Allah telah mengharamkan berbagai aktifitas yang dapat mengantarkan ke dalam perzinaan. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesugguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’: 32). Lalu pintu apakah yang paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustakannya.” (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Bukankah saat berpacaran ia tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembut-lembutkan suara di hadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan dan membayangkan keadaan pacarnya? Maka farjinya pun akan segera mengikutinya. Akhirnya penyesalan tinggallah penyesalan. Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali sehingga dirinya menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai. Setan pun bergembira atas keberhasilan usahanya….
Iblis, Sang Penyesat Ulung
Tentunya akan sulit bagi Iblis dan bala tentaranya untuk menggelincirkan sebagian orang sampai terjatuh ke dalam jurang pacaran gaya cipika-cipiki atau yang semodel dengan itu. Akan tetapi yang perlu kita ingat, bahwasanya Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia. Iblis berkata, “Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Shaad: 82). Termasuk di antara alat yang digunakan Iblis untuk menyesatkan manusia adalah wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah Iblis tidak berhasil merusak agama seseorang dengan menjerumuskan mereka ke dalam gaya pacaran cipika-cipiki, mungkin cukuplah bagi Iblis untuk bisa tertawa dengan membuat mereka berpacaran lewat telepon, SMS atau yang lainnya. Yang cukup menyedihkan, terkadang gaya pacaran seperti ini dibungkus dengan agama seperti dengan pura-pura bertanya tentang masalah agama kepada lawan jenisnya, miss called atau SMS pacarnya untuk bangun shalat tahajud dan lain-lain.

Sabtu, 16 April 2011

Cara Menyelesaikan Rubik Cube 3×3




ok guys kli ini aq akan ngepost cara nylesein rubik.,. buat qmu yang suka main rubik,.,tp bingung muter-muter gak bisa .,.,nie q kcih caranya.,.,.

1. Menyusun Rubik Lapisan Pertama
 untuk langkah awal ini aq anggep kalian udah mahir.,.

 #ini susunan yang salah












  ini susunan yang benar
























[ Perhatikan sisi tegak lapis teratas. ]

2. Sisi Lapisan Kedua
Baliklah posisi rubiks sehingga lapisan pertama (warna putih) berada di bawah.
Ada 2 kondisi berbeda dengan langkah yang juga berbeda.


Kondisi I :





Langkah-langkahnya:


Kondisi II :




Langkah-langkahnya


 
Jika kedua kondisi di atas tidak terpenuhi, jalankan salah satu langkah di atas, maka dengan sendirinya akan kamu dapat susunan warna yang memenuhi salah satu kondisi.
 
Ulangi langkah-langkah tersebut beberapa kali sampai tersusun Lapis Kedua seperti gambar di bawah ini.





3. Memancing Ikan


Yang saya maksud ‘Mancing Ikan’ adalah menyusun warna seperti bentuk ikan pada permukaan paling atas.

Jalankan langkah ini beberapa kali sampai tersusun warna (biru) pada permukaan paling atas seperti gambar di bawah ini.


 
[ Pemula biasanya akan mengulangi langkah ini sampai sekian 'banyak' kali untuk memperoleh 'ikan'. Namun jika sudah terbiasa, langkah ini cuma butuh 1-3 kali pengulangan. ]

4. Permukaan Atas

Ada 2 kondisi berbeda dan dan masing-masing kondisi memiliki langkah yang berbeda pula.
Kondisi I :










Langkahnya: 


jalanya nyamping ya cuy,.,.,.,.,.,.,.,. 


Kondisi II
langkahnya :

 inget jalanya nyamping.,.,/okey

  Dengan menjalankan salah satu dari langkah ini, permukaan atas akan sewarna,., 


5. Sisi Lapisan Ketiga : Membentuk Warna Yang Sejajar Vertikal 

Ketika permukaan atas sudah sewarna biasanya sisi lapis ketiga warnanya masih acak. Untuk itu, lakukan langkah ini untuk menyusun warna sisi lapisan ketiga.
Kondisi: [ Jika kondisi ini tidak terpenuhi, abaikan kondisi dan jalankan langkah ini, akan tersusun warna sesuai kondisi. ]





Langkah-langkahnya:


l
Setelah menjalankan langkah ini kamu akan mendapatkan susunan warna seperti ini.

6. Sisi Lapisan Ketiga : Penyelesaian 

Kondisi I :


 langkahnya :






Kondisi II :

langkahnya :






 

Setelah menjalankan langkah ini akan tersusun enam sisi sewarna.




 OKey guys,., silahkan di coba,.,slamat bermumet-mumet ria.,.semoga berhasil.,.,.,.